Menelisik Sejarah Suku Mandar
A. Dari Sini Latar Budaya Itu Dimulai
Kebudayaan dan sejarah adalah dua hal yang tidak mungkin dipisahkan secara absolut.
Artinya, ketika pengkajian kebudayaan mencoba menarik garis demarkasi dengan sejarahnya
hampir bisa di pastikan yang bakal di temui adalah keagamaan dan kebudayaan.
Kebudayaan apa saja dibelahan bumi ini selalunya di catat oleh sejarah. Disitu sejarah
dengan setia akan menungguinya dan mencatatkan setiap jengkal perubahan, pergeseran bahkan pergesekkan yang ditimbulkan oleh kebudayaan berikut manusia sebagai pelaku kebudayaannya. Kebudayaan sebagai gejala, kebudayaan setua sejarah manusia sendiri, yakni manusia sebagai makhluk individual dan sekaligus sosial. Disini kebudayaan dapat dimaknai sebagai pengejawantahan akan proses pengukuhan pergeseran dan perkembangan kemanusiaan. Dan kenyataan kehidupan yang lalu kemudian menjadi konsep kebudayaan. Paud Hassan (1989).
Dalam pemahamannya seringkali kebudayaan dimaknai sebagai hasil cipta, karsa dan karya manusia. Yang oleh sejarah dicatatkan apa yang dihasilkan oleh manusia itu sebagai kebuadayaaan. ketika kacamata analisis akan diarahkan pada pengamatan atas realitas kebudayaaan suatu ranah budaya, sudah hampir pasti ia tak mungkin meninggalkan akar sejarah peradabannya. Berangkat dari asumsi ini, maka kiranya tidaklah salah jika di tejemahkan, bahwa memahami sejarah dan kebudayaan tidak mungkin abai kepada realitas empiris sejarah peradaban sebuah ranah budaya, Tempat berdiamnya sebuah komunitas kemasyarakatan.Tak pelak upaya yang sama juga tampaknya harus dimulai, ketika, akan coba dikaji perihal Mandar dan kebudayaannya. salah satu syarat utamanya adalah, mesti beranjak dari asal muasal, agenda pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan.Hingga kepada letak geografis.
kewilayahannya dan lain sebagainya yang berkaitan langsung dengan nilai-nilai yang dipahami sebagai konsep kebudayaan, Mandar sebagai sebuah etentitas yang memiliki keleluhuran budayanya , adalah salah satu contoh kongkret yang amatlah menarik untuk dikaji secara mendalam, Utamanya dalam kaitannya dengan ralitas nilai yang terus berkembang dan dinamis bersamaan dengan pergeseran waktu dan perubahan ruang. jika menilik periodisasi Kebudayaan Mandar, maka ada baiknya ditoleh apa yang pernah ditulis oleh : Leonard Y Andaya (2004),
Di Sulawesi Selatan ada empat suku besar yakni, Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar. dimana Bugis mendiami seluruh bagian timur dan separuh bagian barat dari semenanjung Sulawesi Selatan, Makassar mendiami bagian barat dan selatan sedangkan Toraja Sa'dan kebanyakan mendiami bagian pegunungan utara berbatas dengan Bugis. semntara Mandar menepati wilayah pesisiran dan pegunungan atau pedalaman di bagian barat daya. Khusus untuk Mandar terdiri diatas dua pembahgian , yakni, Pitu ulunna salu (tujuh kerajaan di gunung atau dipedalaman ), meraka ini secara etnis adalh orang Toraja. dan meraka tinggal di pesisiran yang berada dibawah sebuah konfederasi, Pitu Ba'bana Binanga ( tujuh kerajaan pesisiran).
Mandar, jika akan dikaji peradabannya, utamanya dalam konteks nilai dan alegori budayanya.Sudah hampir pasti, mesti diawali dan dimulai dari pemahaman dasar atas ranah pijakan sejarah yang melatarinya, seperti yang telah dijelaskan diatas tadi.
Dari segi kebahasaan penamaan akan Mandar sendiri masih terjadi kesimpang siuran. Hal ini mudah di pahami, mengingat minimnya simbol budaya Mandar yang dapat dengan gambalng menjelaskan pengunna label kata Mandar pada manusia yang berdiam di pesisiran dan pedalaman bagian barat sebelah utara Sulawesi Selatan ini. atau yang kini disebut sebagai Wilayah Sulawesi Barat pasca pemekarab provinsi.
Namun untuk mempermudah pemahaman akan label penamaan Mandar sendiri dapat ditelisik perkosa kata seperti, dharaman, manda' dan maendar sebagian pendapat mengatakan bahwa kosa kata Mandar sendiri berasal dari bahasa Hindu yang terdiri dari dua kata man dan dhar yang jika digabungkan akan berbunyi dharaman yang berarti mempunyai penduduk. Yang lalu kemudian mengalami perubahan hingga menjadi Mandar. Ibrahim Abbas (1999),
Sementara itu Mandar sendiri dapat menunjukkan aliran sungai yang di kenal dengan Sungai Mandar. Berhulu di Ulu Manda' di bahagian pegunungan Kecamatan Malunda Kabupaten Majene, dan bermuara membelah kota kecil Tinambung di Kecamatan tinambung Kabupaten Polmas (Polewali Mandar), Sehingga hingga kini tidak jarang , ketika seseorang mau melakukan perjalanan ke T inambung sebutan yang keluarn dari bibirnya adalah ia hendak ke Mandar, yanganrtinya ke Tinambung yang untuk penggunaan istilah penamaan ini, tiadak jelas benar, entah sejak kapan dimulai penybutannya.
A. Dari Sini Latar Budaya Itu Dimulai
Kebudayaan dan sejarah adalah dua hal yang tidak mungkin dipisahkan secara absolut.
Artinya, ketika pengkajian kebudayaan mencoba menarik garis demarkasi dengan sejarahnya
hampir bisa di pastikan yang bakal di temui adalah keagamaan dan kebudayaan.
Kebudayaan apa saja dibelahan bumi ini selalunya di catat oleh sejarah. Disitu sejarah
dengan setia akan menungguinya dan mencatatkan setiap jengkal perubahan, pergeseran bahkan pergesekkan yang ditimbulkan oleh kebudayaan berikut manusia sebagai pelaku kebudayaannya. Kebudayaan sebagai gejala, kebudayaan setua sejarah manusia sendiri, yakni manusia sebagai makhluk individual dan sekaligus sosial. Disini kebudayaan dapat dimaknai sebagai pengejawantahan akan proses pengukuhan pergeseran dan perkembangan kemanusiaan. Dan kenyataan kehidupan yang lalu kemudian menjadi konsep kebudayaan. Paud Hassan (1989).
Dalam pemahamannya seringkali kebudayaan dimaknai sebagai hasil cipta, karsa dan karya manusia. Yang oleh sejarah dicatatkan apa yang dihasilkan oleh manusia itu sebagai kebuadayaaan. ketika kacamata analisis akan diarahkan pada pengamatan atas realitas kebudayaaan suatu ranah budaya, sudah hampir pasti ia tak mungkin meninggalkan akar sejarah peradabannya. Berangkat dari asumsi ini, maka kiranya tidaklah salah jika di tejemahkan, bahwa memahami sejarah dan kebudayaan tidak mungkin abai kepada realitas empiris sejarah peradaban sebuah ranah budaya, Tempat berdiamnya sebuah komunitas kemasyarakatan.Tak pelak upaya yang sama juga tampaknya harus dimulai, ketika, akan coba dikaji perihal Mandar dan kebudayaannya. salah satu syarat utamanya adalah, mesti beranjak dari asal muasal, agenda pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan.Hingga kepada letak geografis.
kewilayahannya dan lain sebagainya yang berkaitan langsung dengan nilai-nilai yang dipahami sebagai konsep kebudayaan, Mandar sebagai sebuah etentitas yang memiliki keleluhuran budayanya , adalah salah satu contoh kongkret yang amatlah menarik untuk dikaji secara mendalam, Utamanya dalam kaitannya dengan ralitas nilai yang terus berkembang dan dinamis bersamaan dengan pergeseran waktu dan perubahan ruang. jika menilik periodisasi Kebudayaan Mandar, maka ada baiknya ditoleh apa yang pernah ditulis oleh : Leonard Y Andaya (2004),
Di Sulawesi Selatan ada empat suku besar yakni, Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar. dimana Bugis mendiami seluruh bagian timur dan separuh bagian barat dari semenanjung Sulawesi Selatan, Makassar mendiami bagian barat dan selatan sedangkan Toraja Sa'dan kebanyakan mendiami bagian pegunungan utara berbatas dengan Bugis. semntara Mandar menepati wilayah pesisiran dan pegunungan atau pedalaman di bagian barat daya. Khusus untuk Mandar terdiri diatas dua pembahgian , yakni, Pitu ulunna salu (tujuh kerajaan di gunung atau dipedalaman ), meraka ini secara etnis adalh orang Toraja. dan meraka tinggal di pesisiran yang berada dibawah sebuah konfederasi, Pitu Ba'bana Binanga ( tujuh kerajaan pesisiran).
Mandar, jika akan dikaji peradabannya, utamanya dalam konteks nilai dan alegori budayanya.Sudah hampir pasti, mesti diawali dan dimulai dari pemahaman dasar atas ranah pijakan sejarah yang melatarinya, seperti yang telah dijelaskan diatas tadi.
Dari segi kebahasaan penamaan akan Mandar sendiri masih terjadi kesimpang siuran. Hal ini mudah di pahami, mengingat minimnya simbol budaya Mandar yang dapat dengan gambalng menjelaskan pengunna label kata Mandar pada manusia yang berdiam di pesisiran dan pedalaman bagian barat sebelah utara Sulawesi Selatan ini. atau yang kini disebut sebagai Wilayah Sulawesi Barat pasca pemekarab provinsi.
Namun untuk mempermudah pemahaman akan label penamaan Mandar sendiri dapat ditelisik perkosa kata seperti, dharaman, manda' dan maendar sebagian pendapat mengatakan bahwa kosa kata Mandar sendiri berasal dari bahasa Hindu yang terdiri dari dua kata man dan dhar yang jika digabungkan akan berbunyi dharaman yang berarti mempunyai penduduk. Yang lalu kemudian mengalami perubahan hingga menjadi Mandar. Ibrahim Abbas (1999),
Sementara itu Mandar sendiri dapat menunjukkan aliran sungai yang di kenal dengan Sungai Mandar. Berhulu di Ulu Manda' di bahagian pegunungan Kecamatan Malunda Kabupaten Majene, dan bermuara membelah kota kecil Tinambung di Kecamatan tinambung Kabupaten Polmas (Polewali Mandar), Sehingga hingga kini tidak jarang , ketika seseorang mau melakukan perjalanan ke T inambung sebutan yang keluarn dari bibirnya adalah ia hendak ke Mandar, yanganrtinya ke Tinambung yang untuk penggunaan istilah penamaan ini, tiadak jelas benar, entah sejak kapan dimulai penybutannya.
0 komentar on Menelisik Sejarah Suku Mandar :
Post a Comment and Don't Spam!